12 January 2020

Analisis Novel "Introver"

Analisis Novel
“Introver”
Karya : M. F. Hazim





1. IDENTITAS BUKU

Judul : Introver
Penulis : M. F. Hazim
Penerbit : Pustaka Alvabet
Tahun & Tempat Terbit : Februari 2017, Jakarta
Jumlah Halaman : 276 halaman
Jumlah Lampiran : 9 lampiran
Jenis Buku : Fiksi
Genre : Inspiratif

2. SINOPSIS

Pandangan umum menilai bahwa kesuksesan sangat lekat dengan orang berkepribadian ekstrovert: ceria, suka sosialisasi, banyak teman, dan berbagai sifat supel lainnya. Sedangkan orang berkepribadian introver—tertutup, pemalu, pemurung, pendiam, suka menyendiri—dianggap sulit menjadi orang sukses. Bahkan tak jarang, kaum introver dicap sebagai orang aneh, terkucilkan, eksklusif, dan anggapan negatif lainnya.

Tetapi, tahukah Anda bahwa banyak tokoh dunia adalah orang-orang berkepribadian introver? Di deretan pemimpin politik, ada Abraham Lincoln, Mahatma Gandhi, dan Barack Obama. Ada pula Bill Gates dan Warren Buffett di kalangan pengusaha. Begitu pula Albert Einstein dan Charles Darwin, mewakili kaum ilmuwan. Sementara di antara artis, selebritis, dan penulis, ada Christina Aguilera, Mark Zuckerberg, dan J.K. Rowling. Mereka adalah orang hebat dengan kepribadian introver. Lalu, seperti apa sejatinya kehidupan kaum introver?

Novel ini bercerita ihwal dunia kaum introver. Membacanya, kita diajak menyelami alam pikiran dan kejiwaan seorang introver yang senantiasa gelisah, resah, dan gundah; juga konflik batin yang menyiksanya, dan bagaimana ia menemukan “teman” untuk mengisi kesendiriannya dan membuat kehidupannya menjadi bermakna. Tak hanya itu, dalam novel ini, Sang Introver seolah curhat bernada menggugat atas dunia kaum ekstrovert yang dianggap sia-sia, membuang waktu, tak bermutu, dan tidak efektif.


ANALISIS UNSUR INTRINSIK

1. Tema

Novel ini bertemakan seseorang yang ingin mempunyai seorang teman yang bisa diajak ngobrol.

2. Tokoh/Penokohan

    a. Aku
        - Tidak suka berdebat
           (Hal 6) = Bukankah perdebatan adalah hal yang kurang produktif.
        - Kurang suka berbaur
           (Hal 6) = “Jangan suka menoleh, apalagi membuat kontak mata. Itu bisa mnearik seseorang untuk mengajakmu mengobrol.”
        - Pemarah
           (Hal 7) = Kenapa kalian tidak mati saja! Daripada membuat orang lain susah.
        - Pendiam
           (Hal 12) = “Kau terlalu pendiam.”
        - Pemalu
           (Hal 12) = “Ya, dia memang pemalu."

    b. Dia
        - Baik
        - Ramah
        - Sabar
        - Pintar

3. Alur (Plot)

Alur Maju. Rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian.

4. Latar

    a. Latar Tempat
        - Kantor Guru
           (Hal 11) = Di meja kerjanya di Kantor Guru, ia membacanya...
        - Kelas
           (Hal 20) = ..., aku termangu menopang dagu dalam suasana kelas yang riuh...
        - Mini Market
           (Hal 30) = ..., aku menyempatkan diri membeli es krim di Mini Market yang berada di samping toko roti.
        - Ruang tamu
           (Hal 32) = Dari jendela di ruang tamu, sebuah pesawat terbang...
        - Kamar
           (Hal 69) = Pintu kamarku berderit karena seseorang membukanya.

    b. Latar Waktu
        - Siang
           (Hal 5) = Di siang yang ruwet, seorang siswa di depanku berbicara dengan temannya.
        - Hari pertama
            (Hal 16) = ..., saat hari pertama masuk sekolah, seorang anak bernama Andri...
        - Sore
           (Hal 30) = Tidak ada satupun hal baik terjadi padaku hingga sore hari ini.

    c. Latar Suasana
        - Sedih
           (Hal 8) = Dalam suasana hati yang mendung tapi begitu gerah,...
        - Kesal
           (Hal 8) = Dalam kekesalan yang semakin memuncak, aku mengambil...
        - Terkejut
           (Hal 11) = ..., yang intinya adalah bahwa ia merasa sedikit terkejut dan tidak menyangka...
        - Riuh
           (Hal 20) = …, dalam suasana kelas yang riuh oleh bermacam-macam mulut,…

5. Sudut Pandang

Memakai sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama (Aku) Penulis atau pembuat cerita seolah-olah terlibat dalam ceritanya dan dia sendiri sebagai tokoh utama dalam cerita.

(Hal 93) = Apakah manfaat memiliki teman bagiku? Apakah memiliki teman akan membuat hidupku menjadi lebih baik?

6. Gaya Bahasa

     - (Hal 7) = Suhu di musim hujan yang kering ini jadi tambah panas beberapa derajat jika didekat mereka.
     - (Hal 70) = …, Aku meraba-raba sofa tempatku duduk seperti orang buta,…
     - (Hal 152) =  Setelah akar-akar busuk dan cacing bertaring, kini bertambah lagi tangan-tangan iblis berwarna hitam yang berkuku panjang keluar dari kegelapan yang paling mendasar.

7. Amanat

    - Bahwa kita hanya memerlukan seseorang yang tepat untuk bisa memahami kita dan membuka mata kita untuk lebih bisa memahami orang lain.
    - Tidak ada manusia yang sempurna.
    - Sesuatu yang baik dan biasa bagi kita, belum tentu adalah sesuatu yang baik bagi orang lain.


ANALISIS UNSUR EKSTRINSIK

1. Biografi Pengarang

Novel berjudul “Introver” ini adalah hasil karya seorang penulis yang bernama M. F. Hazim lahir di Sidoarjo, Jawa Timur pada 2 mei 1993. Ia adalah seorang penulis, illustrator, editor lepas, dan entrepreneur. Karya-karyanya berupa 6 buku kumpulan cerpen, 1 buku mewarnai, 8 buku antologi puisi, dan 8 buku esai, serta 1 buku bergenre inspirasi berjudul 101 Alasan Untuk Bahagia yang diterbitkan oleh BIP Gramedia.


STRUKTUR NOVEL

1. Abstrak

Betapa inginnya aku menyampaikan pendapatku, tapi hal itu pasti hanya akan memulai perdebatan yang sia-sia, dan aku tidak menyukainya. Bukankah perdebatan adalah hal yang kurang produktif. Dunia ini dipenuhi oleh orang-orang yang tidak peduli pada kebenaran, mereka hanya akan mempertahankan pendapatnya secara mati-matian dan membabi buta. Tanpa objektifitas dan sikap kesatria untuk menerima kebenaran.

2. Orientasi

Bercerita tentang seseorang yang berkebalikan dengan seorang ekstrovert, mempunyai sifat ceria, banyak bicara, supel, dan banyak teman. Introver sesuai dengan judulnya bercerita seseorang yang pemurung, penyendiri, dan pengamat. Bercerita seorang tokoh introver yang harus menghadapi keadaan sekelilingnya yang begitu ekstrover, dalam buku ini terulas banyak bagaimana kehidupan sehari-hari seorang introver.

3. Komplikasi

Sampai kemudian, Nawawi bertemu seseorang yang berbeda. Seorang gadis yang mengerti pemikirannya, sehingga memancingnya untuk berbicara panjang lebar—hal yang belum pernah ia lakukan seumur hidup. Gadis itu bertanya padanya soal hal-hal filosofis yang mendalam; arti kehidupan, penderitaan, sampai buku-buku karya penulis besar.

(Hal 244) = “Seolah ia bisa menjadi pemintal benang. Ia menarik bagian dari diriku yang menggumpal, lalu menata dan menggulungnya ulang dengan lebih rapi,” batin Nawawi.

4. Evaluasi

Gadis tersebut ternyata seorang ambiver, campuran antara introver dan ekstrover. Kepribadian yang membuat seseorang bisa menempatkan diri menjadi introver maupun ekstrover.

5. Resolusi

Gadis tersebut akhirnya menjadi teman dekat Nawawi. Tak sekadar menerima kapribadiannya, ia juga telah membuat Nawawi bisa membuka pintu-pintu dalam dirinya yang selama ini tertutup, sehingga bisa lebih ramah terhadap dunia di sekitarnya.

(Hal 251) = “Dia menjadi jembatan bagiku untuk mengenal dunia. Membawaku dari satu titik ke titik lainnya.”

6. Koda

Dia teman yang begitu sederhana untuk bersama membecirakan keindahan, tapi juga begitu serius manakal mengungkapkan kesedihan. Ia periang sekaligus melankolis, pendiam sekaligus memiliki banyak kisa-kisah ajaib. Dianugerahi dengan teman yang baik, tentu akan membuatmu tumbuh menjadi teman yang baik pula. Bukankah cara terbaik untuk membuat burung ynag bisu agar bisa berkicau merdu adalah dengan menempatkannya di dalam satu sangkar bersama burung yang pandai berkicau?

Bagaimanapun juga dia adalah teman yang baik dan aku juga akan berusaha menjadi teman sebaik-baiknya. Lalu didalam hati aku berbisik lirih, namun penuh tekad, “Aku pasti akan menjagamu dan juga mimpimu, percayalah padaku.”


KELEBIHAN NOVEL

Buku ini mengulas secara detail bagaimana keseharian seorang introver sampai apa-apa yang disukainya. Penulis juga hebat dalam menjelaskan alur berfikir seorang introver dari bagaimana ia berfikir seperti itu dan mengapa berfikir demikian.


KEKURANGAN NOVEL

Selalu menggunakan kata "Aku" dalam novel, sehingga pembaca menjadi kurang tahu nama tokoh utama, nama tokoh utama hanya disebutkan di pertengahan cerita. Selain itu seolah-olah seorang introver itu tidak bisa dan tidak tahu bagaimana berbicara kepada seseorang. Karena seorang introver hanya seseorang yang tidak suka banyak bicara bukan tidak tahu bagaimana berbicara.





Share:

0 comments:

Post a Comment